Thursday, September 03, 2009
Indonesia Quake: Java 'Always a Quake Risk'
“There is always the potential to be affected by huge quakes like the one today,” said Fauzi, the head of the Earthquake and Tsunami division at the Meteorology and Geophysics Agency (BMG), adding that the capital was at risk because, though not sitting on a fault line, it was relatively near the volatile tectonic fault zone off Java’s south coast.
The quake, measured at 7.0 magnitude by the BMG, hit off the southern Java coast near the Tasikmalaya district at 2:55 p.m. and lasted for about a minute and a half, with the temblor felt across the island.
Fauzi said that although the quake had been large enough to cause tsunamis, only small waves had occurred along the southern coast of West Java, including on the tourist beaches of Pangandaran, Pelabuhanratu, and Pameungpeuk. “There was a one-meter tsunami in Pameungpeuk,” Fauzi said, “the quake also triggered 10-centimeter and 15-centimeter waves in Pangandaran and Pelabuhanratu.”
The head of the Pelabuhanratu Fishery Port, Arief Rahman, said 200 fishermen who were at sea when the quake hit were reportedly undisturbed.
Fauzi said the quake, the result of tectonic pressure caused by the Indo-Australian and Eurasian plates rubbing up against each other, was similar to a 6.1 magnitude temblor in West Sumatra in August, which shook the coast of Siberut and Mentawai islands.
Jakarta, Fauzi said, would always be one of the cities on Java vulnerable to earthquakes. “The closest fault line near Jakarta is near Sukabumi,” he said, adding that the ocean off the southern Java coast was one of the most earthquake prone areas in the country along with the western coast of Sumatra.
Earlier in the day, a magnitude-5.3 earthquake shook Mentawai islands but left no damage.
Wednesday’s earthquake is the largest since the 7.2-magnitude temblor that shook southern Java in July 2006, triggering a deadly tsunami and killing 596 people and displacing 74,000.
The death toll from Wednesday’s quake is expected to rise. At least 11 people were killed in Rawa Hideung, South Cianjur, after houses were buried in a landslide, while 4 were killed in nearby Tasikmalaya, 4 in Garut, 1 in Sukabumi, and 6 each in Bandung and Banjar. A man died of a heart attack in Jakarta because of the quake. Rustam Pakaya from the Health Ministry’s Crisis Center also said that some 40 others remained missing in Cianjur.
The West Java disaster coordinating center said that at least 3,586 buildings had been damaged by the temblor, 2,895 of them severely.
State electricity utility company PT PLN said five cities in West Java, including the provincial capital Bandung, suffered power disruptions.
Murtaqi Syamsudin, PLN’s operations director for Java, Madura and Bali, said operations in a geothermal power plant in Salak, West Java, were disrupted, affecting power supplies in the Java and Bali areas.
In the capital, tens of thousands of panicked Jakartans rushed out of high-rise buildings. Many headed home, jamming traffic in many of the city’s usual choke points, while others stayed on the streets until the situation had calmed.
Additional reporting by Antara
by:husein.bk@gmail.com
http://www.huseinbk.blogspot.com
Indonesia Quake Death Toll at 33, Expected to Climb
Tens of thousands of people rushed from their homes and workplaces, with an estimated 1,300 houses damaged.
Rustam Pakaya, head of the Ministry of Health’s Crisis Center, said that as of 10 p.m. on Wednesday night, they had recorded 11 fatalities in Cianjur, where 12 houses were buried in a landslide, 6 each in Bandung and Banjar, 4 each in Garut and Tasikmalaya, and 1 each in Jakarta and Sukabumi.
“Most of them were housewives and children who were playing PlayStation in what’s now a buried house,’’ a resident of Cianjur, Entang Kurniawan, told TVOne.
About 5,000 people reportedly fled their homes in Cianjur following the quake and landslide.
Officials said little was known yet about some areas believed to be hit hardest by the quake.
“Communications with the coastal areas were completely cut, so we don’t know the conditions there. No reports have come from those areas,” said Priyadi Kardono, spokesman for the National Disaster Management Agency (BNPB) . “It’s possible the death toll could grow higher.”
The 7.3-magnitude quake’s epicenter was 142 kilometers southwest of Tasikamalaya in West Java and 30 km deep, according to the Meteorology and Geophysics Agency (BMG).
“Many houses are flattened to the ground,” said Edi Sapuan in Margamukti village, not far from Tasikmalaya. “Only the wooden houses remain standing. Many villagers are injured, covered in blood.
“We ran as soon as the quake hit. Then five minutes later, my house collapsed,” he added.
Priyadi said the jolt was followed by some aftershocks, one of which registered up to 5.1 in magnitude, with the others less than that.
“We received reports that the jolt was felt in Yogyakarta and as far as Surabaya,” Priyadi said, adding that the quake was caused by the grinding of the Indo-Australian and Eurasian tectonic plates and was a follow-up to the 6.9 magnitude quake that struck West Sumatra on Aug. 16.
Of the 305 injured, Rustam said 267 were from West Java while 38 were in Jakarta, including 18 who were rushed to two South Jakarta hospitals with light injuries.
Ani, a nurse at a Jakarta hospital’ s emergency unit, told the Jakarta Globe that 19 people were admitted to the hospital following the quake suffering from severe traumatic experience.
In Sukabumi, 23 houses were seriously damaged, an official said.
In Cirebon, West Java, three people were taken to a hospital following a stampede at a shopping mall. Five people fainted as hundreds of shoppers jammed the exits trying to get out, said a reporter who was at the scene when the stampede occurred.
by:husein.bk@gmail.com
http://www.huseinbk.blogspot.com
Pasca Gempa 7,3 SR Aktivitas Warga Ciamis Mulai Normal
"Saat ini masih sepi, tapi aktivitas warga sudah mulai normal pagi ini," ujar seorang warga Ciamis, Bahiel, saat berbincang dengan detikcom, Kamis (3/9/2009).
Bahiel menjelaskan akibat gempa kemarin, aktivitas warga di Ciamis sempat terganggu. Banyak bangunan yang mengalami kerusakan.
"Toko Yogya dan Rumah Makan Soto Iyun rusak, kantor BRI di depan masjid Agung juga retak-retak," jelas pria yang tinggal di sekitar Alun-alun Ciamis ini.
Bahiel menjelaskan beberapa rumah warga juga mengalami kerusakan. Salah seorang tetangganya juga dilarikan ke RS akibat tertimpa reruntuhan tembok yang jebol.
"Ada yang kakinya tertimpa tembok saat kemarin gempa, terus di bawa ke RS," jelasnya.
(rdf/nov)
by:husein.bk@gmail.com
http://www.huseinbk.blogspot.com
17.000 Bangunan Rusak Jumlah Kerugian Akibat Gempa Belum Bisa Diperkirakan
"Inventarisasi belum bisa diperkirakan, dan belum bisa dihitung berapa jumlah kerugiannya," kata Humas BPBN Priyadi Kardono, Rabu (3/9/2009).
Dijelaskan dia, hingga kini pihaknya masih terus mengumpulkan informasi terkait kerusakan akibat gempa. Data sementara dari beberapa wilayah menunjukkan kerusakan bangunan yang diakibatkan gempa sebanyak 17.000 lebih bangunan rusak.
"Total bangunan rusak berat 8.585 dan bangunan rusak ringan sebanyak 9.111," ungkapnya.
Bangunan rusak berat terbanyak terjadi di wilayah Tasikmalaya. Tercatat 1.470 rumah mengalami rusak berat, sedangkan bangunan yang rusak ringan berjumlah 1.418 bangunan. Di Garut, bangunan rusak berat sebanyak 965 dan rusak ringan sebanyak 1.840 bangunan.
Kerusakan bangunan juga terjadi di beberapa wilayah di Jawa Barat yakni, Sukabumi, Bandung, Bandung Barat, Bogor, Ciamis dan Kuningan.
(nov/rdf)
by:husein.bk@gmail.com
http://www.huseinbk.blogspot.com
Gempa 7,3 SR 44 Orang Tewas, Ribuan Lainnya Masih Mengungsi
"Total Meninggal dunia sebanyak 44 orang, luka berat 10 dan luka ringan ada sebanyak 110 orang," kata Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Priyadi Kardono saat dihubungi detikcom, Rabu (3/9/2009).
Sebagian jenazah juga sudah ada yang dimakamkan sejak semalam.
Sementara itu, akibat rusaknya beberapa bangunan tempat tinggal, ribuan warga pun terpaksa mengungsi. Jumlah warga yang mengungsi dikethui sebanyak 5.630 orang.
"Untuk itu kami siapkan tenda-tenda untuk penampungan sementara di lapangan yang ada di masing-masing kecamatan yang daerahnya mengalami kerusakan," pungkasnya.
(nov/rdf)
by:husein.bk@gmail.com
http://www.huseinbk.blogspot.com
Wednesday, September 02, 2009
Menjadi Pribadi Yang Shiddiq ( Jujur )
Ashim lalu pergi. Ternyata, anak putri itu berasal dari bani Hilal. Umar lalu berkata pada Ashim, “Pergilah anakku dan kawinilah anak putri itu. Ia sangat tepat untuk melahirkan seorang ksatria yang akan memimpin bangsa Arab.” Ashim lalu menikahinya. Wanita itu melahirkan untuk Ashim seorang putri, yaitu Ummu Ashim binti Ashim bin Umar ibnul Khaththab, yang kemudian dinikahi Abdul Aziz bin Marwan bin Hakam. Dari pasangan itu, lahirlah Umar bin Abdul Aziz yang memiliki pribadi yang menawan. Yang pada masa pemerintahan singkatnya (30 bulan) sebagai khalifah, keadilan, keamanan dan kemakmuran sempat dirasakan oleh rakyat. Saat itu tidak ditemukan lagi orang yang berhak menerima zakat dan santunan negara.
Benarlah bahwa kejujuran itu mendatangkan berkah, diakhirat menuai rahmat dan magfirah-Nya. Umar bin Abdul Aziz pernah berkata: "Demi Allah, aku tidak pernah berbohong sejak mengetahui bahwa bohong itu akan menodai pelakunya." Teringatlah kita dengan ungkapan ahli hikmah: "Bila air bening di hulu maka sampai ke hilir bening juga."
Kita dapat mengambil banyak hikmah dari kisah wanita bani Hilal (nenek Umar bin Abdul Aziz) yang shiddik (benar atau jujur) dalam perkataan dan perbuatannya. Shiddiq ini merupakan sifat utama yang wajib diamalkan oleh semua muslim, sebagaimana telah diperintahkan oleh Allah. Attaubah 119
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar," (At-Taubah: 119). Rasulullah SAW pernah ditanya: "Apakah seorang mukmin itu memiliki sifat pengecut?" Beliau menjawab "Ya ". Ditanya lagi: "Apakah seorang mukmin juga memiliki sifat kikir?" "Ya." Lalu ditanya lagi: "Apakah seorang mukmin itu juga memiliki sifat pembohong?" Nabi SAW menjawab tegas "Tidak!" (Muwatta Imam Malik).
Shiddiq merupakan salah satu sifat para Nabi. Setiap kali Allah memuji Nabi-Nya, selalu menggambarkannya sebagai orang yang jujur. Sebelum diutus sebagai nabi, Muhammad SAW terkenal karena kejujurannya. Karena itu beliau digelari Al-Shiddiq Al-Amin, orang yang jujur dan terpercaya. Dan dalam satu haditsnya, Rasulullah SAW bersabda: “Hendaklah kamu semua bersikap jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan dan kebaikan membawa ke syurga. Seseorang yang selalu jujur dan mencari kejujuran akan ditulis oleh Allah sebagai orang yang jujur. Jauhilah dusta, karena sesungguhnya dusta itu membawa pada kedurhakaan dan sesungguhnya kedurhakaan itu akan menunjuki manusia ke neraka “ (HR. Bukhari dan Muslim).
Meskipun sulit, sifat jujur menjadi mudah bagi mereka yang mempunyai tekad. Momentum puasa Ramadhan ini hendaknya dapat dijadikan sebagai kesempatan untuk meneguhkan niat kita untuk bersungguh-sungguh melatih, mendidik, dan sekaligus menerapkan pribadi yang shiddiq. Melatih diri kita untuk shiddiq dalam perkataan dan juga dalam muamalah, seperti yang telah dicontohkan oleh putri penjual susu dari bani Hilal diatas. Membina jiwa kita agar sifat shiddiq tidak hanya dalam keinginan, namun juga dalam kenyataan. Sehingga kita tidak termasuk golongan yang disebutkan Allah SWT dalam ayat-Nya, “Di antara manusia ada yang mengatakan: Albaqoroh 8
•• •
"Kami beriman kepada Allah dan
Hari kemudian", padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman,” (Al Baqarah:8).
Orang yang berpuasa dengan shiddiq, akan menahan lapar dan dahaganya, meskipun ia memiliki kesempatan untuk membatalkannya ketika tidak ada orang yang melihat. Namun, berpuasa mengajarkan manusia untuk jujur kepada dirinya dan menyadari betapa Allah mengawasinya. Karenanya, Allah mengatakan dalam hadits qudsi, ''Sesungguhnya puasa seorang anak Adam adalah untuk-Ku. Dan Aku yang akan memberikan balasannya.''
"Puasa adalah amanat, barang siapa melaksanakannya sungguh ia menegakkan agama dan siapa yang meninggalkannya berarti ia merusak agama." Demikian salah satu penafsiran terhadap kata amanat dalam buku Durratun Nasihin tulisan Utsman bin Hasan al-Syakir al-Khaubawy. Secara bahasa, kata amanat atau amanah artinya kepercayaan, satu akar dengan kata amana-yu' minu-iman, artinya percaya. Orang yang dipercaya disebut dengan al-amin. Kata lain yang semakna adalah al-amn, artinya aman atau tenteram. Seseorang yang memberi amanat pada orang lain, ia harus percaya. Orang yang diserahi amanat juga harus dapat dipercaya. Jika dua-duanya saling percaya maka akan merasa aman.
Karena itu, melalui ibadah puasa Allah menguji keimanan sekaligus amanat yang dibebankan kepada kaum muslimin, dengan disiplin dan penuh kesabaran. Jika ini bisa dilaksanakan dengan ketulusan, maka sifat shiddiq atau jujur merupakan hasil ibadah puasa. Secara fisik meninggalkan makan, minum, dan hubungan suami istri, dan secara spiritual menahan emosi dan hawa nafsu sendiri. Karena sesungguhnya lawan yang paling berat adalah dorongan hawa nafsu sendiri. Jadi, puasa sejatinya adalah meneguhkan orang yang menjalankannya menjadi jujur dan amanah.
Seorang tokoh sufi, Al Junaid, pernah berkata: "Kejujuran sejati adalah saat engkau tetap jujur dalam kondisi yang engkau hanya bisa selamat dengan berbohong." Betapa mulianya nilai kejujuran itu, baru niat saja, insya Allah sudah diganjar oleh Allah SWT sesuai yang diniatkannya. Sebab Rasulullah SAW bersabda: "Siapa yang menginginkan mati syahid dengan kejujuran, Allah akan menyampaikannya pada tingkatan orang yang mati syahid meskipun ia meninggal di atas ranjangnya." (HR Muslim, Abu Daud dan Ibnu Majah ).
Wallahu A'lam Bish Shawab.
1.Bahwasanya bersikap Siddiq atau jujur itu membawa berkah bagi siapa saja yang berbuat Shiddiq.
2.Meskipun sulit, sifat jujur menjadi mudah bagi mereka yang mempunyai tekad.
by:husein.bk@gmail.com
http://www.huseinbk.blogspot.com
Doa Setelah Sholat Fardhu
Alhamdulillaahi Rabbil ‘alaamiin.
Hamdan yuwaafii ni’amahu wa yukaafi maziidahu.
Yaa rabbanaa lakal hamdu kamaa yan baghii lijalaali wajhika wa ‘azhiimi sulthaanika.
Allaahumma shali’alaa sayyidinaa Muhammadin wa’alaa aali sayyidinaa Muhammad.
Allaahumma rabbanaa taqbbal minna shalaatanaa washiyaamanaa wa rukuu’anaa wa sujuudanaa wa qu’uudanaa wa tadharru’anaa wa takhasy-syu’anaa wa ta’abbudanaa wa tammim taqshiiranaa ya Allaahu ya Rabbal ‘alaamiina.
Rabbanaa zhalamnaa anfusa-naa wa in lam taghfir lanaa wa tarhamnaa lana kuunannaa minal khasiriina.
Rabbanaa wa laa tahmil ‘alaina israh kamaa hamaltahu ‘alalladziina min qablinaa.
Rabbanaa laa tauzigh quluubanaa ba’da idz hadaitana wa hablanaa min ladunka rahmatan innaka antal wahhaabu.
Rabbanaghfir lanaawali waalidiinaa wa lijamii’il muslimiina wal muslimaati wal mu’miniina wal mu’minaati al ahyaa-I minhum wal amwaati innaka ‘alaa kulli syai-in qadiirun.
Rabbanaa aatinaa fiddun-yaa hasanatan wa fil aakhirati hasanatan wa qinaa ‘adzaabannaari.
Allaahummaghfir lanaa dzunuubanaa wa kaffir ‘annaa sayyi-aatinaa wa tawaffanaa wa-‘al abraari.
Subhana Rabbika Rabbil ‘izzati ‘amma yashifuuna wa salaamun ‘alal mursaliina walhamdu lillaahi Rabbil aalamiin. alfatihah
by:husein.bk@gmail.com
http://www.huseinbk.blogspot.com
Nuzulul Qur'an Sebagai Peringatan atau Pelajaran
acara peringatan Nuzulul Qur'an. Untuk itu perlu
kiranya kali ini menyoroti masalah Nuzulul Qur'an,
hukum memperingatinya dan fungsi utama diturunkannya
Al-Qur'an.
Syekh Shafiyur Rahman Al-Mubarakfuriy (penulis Sirah
Nabawiyah) menyatakan bahwa para ahli sejarah banyak
berbeda pendapat tentang kapan waktu pertama kali
diturunkannya Al-Qur'an, pada bulan apa dan tanggal
berapa, paling tidak ada tiga pendapat :
Pertama: Pendapat yang mengatakan bahwa Nuzulul Qur'an
itu ada pada bulan Rabiul Awwal,
Kedua: Pendapat yang mengatakan bahwa Nuzulul Qur'an
itu pada bulan Rajab,
Ketiga: Pendapat yang mengatakan bahwa Nuzulul Qur'an
itu pada bulan Ramadhan.
Yang berpendapat pada bulan Rabiul Awwal pecah menjadi
tiga, ada yang mengatakan awal Rabiul Awwal, ada yang
mengatakan tanggal 8 Rabiul Awwal dan ada pula yang
mengatakan tanggal 18 Rabiul Awwal (yang terakhir ini
diriwayatkan dari Ibnu Umar radhiallaahu anhu).
Kemudian yang berpendapat pada bulan Rajab terpecah
menjadi dua. Ada yang mengatakan tanggal 17 dan ada
yang mengatakan tanggal 27 Rajab (hal ini diriwayatkan
dari Abu Hurairah radhiallaahu anhu -lihat Mukhtashar
Siratir Rasul, Syaikh Abdullah bin Muhammad bin Abdul
Wahhab An-Najdy, hal.75 -).
Al Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani di dalam Fathul Bari
berkata bahwa: Imam Al-Baihaqi telah mengisahkan bahwa
masa wahyu mimpi adalah 6(enam) bulan.
Maka berdasarkan kisah ini permulaan kenabian dimulai
dengan mimpi shalihah (yang benar) yang terjadi pada
bulan kelahirannya yaitu bulan Rabiul Awwal ketika
usia beliau genap 40 tahun. Kemudian permulaan wahyu
yaqzhah (dalam keadaan terjaga) dimulai pada bulan
Ramadhan.
Sesungguhnya kita menguatkan pendapat yang mengatakan
bahwa Nuzulul Qur'an ada pada bulan Ramadhan karena
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, artinya, "Bulan
Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan
(permulaan) Al-Qur'an" (Al-Baqarah:185 ).
Dan Allah berfirman, artinya, "Sesungguhnya Kami telah
menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam kemuliaan"
(Al-Qadr :1).
Seperti yang telah kita maklumi bahwa Lailatul Qadr
itu ada pada bulan Ramadhan yaitu malam yang
dimaksudkan dalam firman Allah yang artinya:
"Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang
diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi
peringatan" (Ad-Dukhaan:3 ).
Dan karena menyepinya Rasulullah Shallallahu alaihi
wasallam di gua Hira' adalah pada bulan Ramadhan, dan
kejadian turunnya Jibril as adalah di dalam gua Hira'.
Jadi Nuzulul Qur'an ada pada bulan Ramadhan, pada hari
Senin, sebab semua ahli sejarah atau sebagian besar
mereka sepakat bahwa diutusnya beliau menjadi Nabi
adalah pada hari Senin. Hal ini sangat kuat karena
Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam ketika ditanya
tentang puasa Senin beliau menjawab: "Di dalamya aku
dilahirkan dan di dalamnya diturunkan (wahyu) atasku"
(HR. Muslim).
Dalam sebuah lafadz dikatakan "Itu adalah hari dimana
aku dilahirkan dan hari dimana aku diutus atau
diturunkan (wahyu) atasku"(HR. Muslim, Ahmad, Baihaqi
dan Al-Hakim).
Akan tetapi pendapat ketiga inipun pecah menjadi lima,
ada yang mengatakan tanggal 7 (hari Senin), ada yang
mengatakan tanggal 14 (hari Senin), ada yang
mengatakan tanggal 17 (hari Kamis), ada yang
mengatakan tanggal 21 (hari Senin) dan ada yang
mengatakan tanggal24 (hari Kamis).
Pendapat " 17Ramadhan" diriwayatkan dari sahabat
Al-Bara' bin Azib dan dipilih oleh Ibnu Ishaq,
kemudian oleh Ustadz Muhammad Huzhari Bik.
Pendapat " 21Ramadhan" dipilih oleh Syekh
Al-Mubarakfuriy, karena Lailatul Qadr ada pada malam
ganjil, sedangkan hari Senin pada tahun itu adalah
tanggal7 ,14 , 21 dan28 .
Sedangkan pendapat " 24Ramadhan" diriwayatkan dari
Aisyah, Jabir dan Watsilah bin Asqo' , dan dipilih
oleh Ibnu Hajar Al-Haitamiy, ia mengatakan: "Ini
sangat kuat dari segi riwayat".
Karena itu memperingati peristiwa turunnya Al-Qur'an
pertama kali tidaklah penting, sebab di samping hal
itu tidak dicontohkan oleh Rasulullah, para sahabatnya
dan para tabi'in, Al-Qur'an diturunkan tidaklah untuk
diperingati tetapi untuk memperingatkan kita.
Peristiwa Nuzulul Qur'an bukanlah diharapkan agar
dijadikan sebagai hari raya oleh umat ini, yang
dirayakan setiap tahun, karena Islam bukanlah agama
perayaan sebagaimana halnya agama-agama lain."
Islam tidak memerlukan polesan, tidak perlu dibungkus
dengan perayaan-perayaan yang membuat orang-orang
tertarik kepadanya. Karena itu pesta hari raya tahunan
di dalam Islam hanya ada dua yaitu Idul Fitri dan Idul
Adha.
Jadi turunnya Al-Qur'an bukan untuk diperingati setiap
tahunnya, melainkan untuk memperingatkan kita setiap
saat.
Allah Subhanahu wa Ta'ala menegaskan, artinya: "Alif
Lam Mim Shaad. Ini adalah sebuah kitab yang diturunkan
kepadamu, maka janganlah ada kesempitan di dalam
dadamu karenanya, supaya kamu memberi peringatan
dengan kitab itu (kepada orang kafir) dan menjadi
pelajaran bagi orang-orang yang beriman" (Al-A'raaf:1
-2).
Bukan Cara Salafus Shalih
Memperingati peristiwa turunnya Al-Qur'an bukanlah
cara orang-orang shaleh yang muttaqin. Akan tetapi
jejak ulama-ulama salaf adalah membaca Al-Qur'an,
membaca dan membaca lagi. Allah Subhaanahu Wa Ta'ala
berfirman, artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang
selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat, dan
menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami anugerahkan
kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan,
mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan
merugi" (Faathir:29 ).
Apalagi di bulan Ramadhan, bulan Al-Qur'an ini, Umar
radhiallaahu anhu berkata: "Seandainya kita bersih,
tentu akan merasa kenyang dari kalam Allah.
Sesungguhnya aku amat tidak suka manakala datang
sebuah hari sementara aku tidak membaca Al-Qur'an."
Karena itu beliau tidak meninggal dunia sehingga
mushafnya sobek karena seringnya dibaca. Dan ketika
menjadi imam pada shalat shubuh beliau sering membaca
surat Yusuf yang terdiri dari 111 ayat tertulis dalam
13 halaman, yang berarti satu sepertiga juz.
Hal ini tidak mengherankan karena khalifah kedua Umar
bin Khatthab radhiallaahu anhu ketika memimpin shalat
shubuh juga selalu membaca surat-surat yang bilangan
ayatnya lebih dari 100 ayat seperti surat Al Kahfi (
11halaman), surat Maryam ( 7halaman) dan surat Thaha
(10 halaman).
Begitulah generasi Qur'ani sangat mencintai Al-Qur'an.
Mereka tidak pernah merayakan peristiwa Nuzulul Qur'an
tetapi shalatnya membaca ratusan ayat, sementara kita
sebaliknya.
Shalat tarawih di jaman salaf rata-rata membutuh-kan
waktu 5 jam, dan kadang-kadang semalam suntuk, yang
berarti setiap satu rakaat tarawih (dari sebelas
rakaat) membutuhkan waktu 40 menit. Bahkan para
sahabat banyak yang shalat sambil bersandar dengan
tongkat karena terlalu lamanya berdiri.
Mengkhususkan Membaca Al-Qur'an
Para tabi'in dan tabi'ittabi'in, karena begitu
memahami arti dari Ramadhan, bulan Al-Qur'an, dan
begitu kuatnya dalam mencintai Al-Qur'an, maka bila
bulan Ramadhan tiba mereka mengkhususkan diri untuk
membaca Al-Qur'an seperti yang dilakukan oleh Imam
Az-Zuhri dan Sufyan Ats-Tsauri. Sehingga dalam satu
bulan khatam Al-Qur'an berpuluh puluh kali. Imam
Qatadah umpamanya, di luar Ramadhan khatam setiap
tujuh hari, di dalam Ramadhan khatam setiap tiga hari,
dan di sepuluh hari terakhir khatam setiap hari.
Sementara Imam Syafi'i di luar Ramadhan setiap hari
khatam sekali, dan di dalam Ramadhan setiap hari
khatam dua kali. Itu semua di luar shalat.
Begitulah ulama Ahlus Sunah tidak pernah merayakan
Nuzulul Qur'an, namun setiap hari khatam Al-Qur'an,
ada yang sekali dan ada yang dua kali. Sementara kita
sebulan Ramadhan jika khatam sekali saja maka sudah
puas dan gembira. Itupun bisa dihitung dengan jari.
Bahkan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah selama di dalam
penjara, dari tanggal 7 Sya'ban 726 H sampai wafatnya
22 Dzulqa'dah 728 H, selama2 tahun 4 bulan beliau
telah mengkhatamkan Al-Qur'an bersama saudaranya
Syeikh Zainuddin Ibnu Taimiyah sebanyak 80 kali
khatam, yang berarti rata-rata setiap 10 hari khatam
satu kali. Semoga Allah merahmati kita bersama mereka
dan semoga kita bisa meneladani Rasulullah n, dan para
sahabatnya, dan para ulama salaf dalam mencintai
Al-Qur'an dan di dalam tata cara ibadah lainnya. Amin.
Penulis: (Abu Hamzah As-Sanuwi,LC, M.Ag)
by:husein.bk@gmail.com
http://www.huseinbk.blogspot.com
KEUTAMAAN PUASA RAMADHAN
Oleh
Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilaaly
Syaikh Ali Hasan Ali Abdul Hamid
Ramadhan adalah bulan kebaikan dan barokah, Allah memberkahinya dengan banyak keutamaan sebagaimana dalam penjelasan berikut ini.
[1]. Bulan Al-Qur’an
Allah menurunkan kitab-Nya yang mulia sebagai petunjuk bagi manusia, obat bagi kaum mukminin, membimbing kepada yang lebih lurus, menjelaskan jalan petunjuk. (Al-Qur’an) diturunkan pada malam Lailatul Qadar, suatu malam di bulan Ramadhan. Allah berfirman.
“Artinya : (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya, dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur” [Al-Baqarah : 185]
Ketahuilah saudaraku -mudah-mudahan Allah meberkatimu- sesungguhnya sifat bulan Ramadhan adalah sebagai bulan yang diturunkan padanya Al-Qur’an, dan kalimat sesudahnya dengan huruf (fa) yang menyatakan illat dan sebab : “Barangsiapa yang melihatnya hendaklah berpuasa” Memberikan isyarat illat (penjelas sebab) yakni sebab dipilihnya Ramadhan adalah karena bulan tersebut adalah bulan yang diturunkan padanya Al-Qur’an.
[2]. Dibelengunya Syaithan, Ditutupnya Pintu-Pintu Neraka dan Dibukanya Pintu-Pintu Surga
Pada bulan ini kejelekan menjadi sedikit, karena dibelenggu dan diikatnya jin-jin jahat dengan salasil (rantai), belenggu dan ashfad. Mereka tidak bisa bebas merusak manusia sebagaimana bebasnya di bulan yang lain, karena kaum muslimin sibuk dengan puasa hingga hancurlah syahwat, dan juga karena bacaan Al-Qur’an serta seluruh ibadah yang mengatur dan mebersihkan jiwa. Allah berfirman.
“Artinya : Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa” [Al-Baqarah : 183]
Maka dari itu ditutupnya pintu-pintu jahannam dan dibukanya pintu-pintu surga, (disebabkan) karena (pada bulan itu) amal-amal shaleh banyak dilakukan dan ucapan-ucapan yang baik berlimpah ruah (yakni ucapan-ucapan yang mengandung kebaikan banyak dilafadzkan oleh kaum mukminin-ed).
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya : Jika datang bulan Ramadhan, maka dibukalah pintu-pintu surga [dalam riwayat Muslim : 'Dibukalah pintu-pintu rahmat"] dan ditutup pintu-pintu neraka dan dibelenggu syetan” [Hadits Riwayat Bukhari 4/97 dan Muslim 1079]
Semuanya itu sempurna di awal bulan Ramadhan yang diberkahi, berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Artinya : Jika telah datang awal malam bulan Ramadhan, diikatlah para syetan dan jin-jin yang jahat, ditutup pintu-pintu neraka, tidak ada satu pintu-pintu yang dibuka dan dibukalah pintu-pintu surga, tidak ada satu pintu-pun yang tertutup, berseru seorang penyeru ; “Wahai orang yang ingin kebaikan lakukanlah, wahai orang yang ingin kejelekan kurangilah. Dan bagi Allah mempunyai orang-orang yang dibebaskan dari neraka, itu terjadi pada setiap malam” [Diriwayatkan oleh Tirmidzi 682 dan Ibnu Khuzaimah 3/188 dari jalan Abi Bakar bin Ayyasy dari Al-A'masy dari Abu Hurairah. Dan sanad hadits ini Hasan]
[3]. Malam Lailatul Qadar
Engkau telah mengetahui, wahai hamba yang mukmin bahwa Allah Jalla Jallaluhu memilih bulan Ramadhan karena diturunkan padanya Al-Qur’an, dan mungkin untuk mengetahui hal ini dibantu qiyas dengan berbagai cara, diantaranya.
[a] Hari yang paling mulia di sisi Allah adalah pada bulan diturunkannya Al-Qur’an hingga harus dikhususkan dengan berbagai macam amalan. Hal ini akan dijelaskan secara terperinci dalam pembahasan malam Lailatul Qadar, Insya Allah.
[b] Sesungguhnya jika satu nikmat dicapai oleh kaum muslimin, mengharuskan adanya tambahan amal sebagai wujud dari rasa syukur kepada Allah. Hal ini berdasarkan firman Allah setelah menceritakan sempurnanya nikmat bulan Ramadhan.
“Artinya : Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya, dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur” [Al-Baqarah : 185]
Firman Allah Tabaraka wa Ta’ala setelah selesai (menyebutkan) nikmat haji.
“Artinya : Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka berdzikirlah (dengan menyebut) Allah. Sebagaimana kamu menyebut-nyebut (membangga-banggakan) nenek moyangmu, atau (bahkan) berdzikir lebih banyak dari itu” [Al-Baqarah : 200]
[Disalin dari Kitab Sifat Shaum Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam Fii Ramadhan, edisi Indonesia Sipat Puasa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam oleh Syaikh Salim bin Ied Al-Hilaaly, Syaikh Ali Hasan Abdul Hamid, terbitan Pustaka Al-Haura, penerjemah Abdurrahman Mubarak Ata]
by:husein.bk@gmail.com
http://www.huseinbk.blogspot.com
HP ANDROID MURAH YANG SUDAH BISA MENGGUNAKAN BBM
BBM tak di pungkirilagi salah satu aplikasi Chatting yang tadinya Exsclusive hanya untuk Hp Blackberry, kini sudah bisa di gunakan di Hp ber...
-
Jumlah korban gempa dan tsunami Jepang bakal meroket. Pasalnya, di satu kota saja diperkirakan 10 ribu warga tewas. Sedangkan mereka yang hi...
-
Wednesday’s quake that left at least 33 people dead and more than 3,500 buildings damaged in West Java was a reminder that such powerful qua...